Lindungi Keanekaragaman Hayati

Lindungi Keanekaragaman Hayati

Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati atau Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia (The International Day for Biological Diversity; IBD) merupakan salah satu hari perayaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kecintaan seluruh penduduk bumi terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity). The International Day for Biological Diversity diperingati setiap tanggal 22 Mei.
Maka, Aktivis lingkungan hidup di Kalimantan Barat (Kalbar) menyerukan agar masyarakat dapat menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati yang dimiliki saat ini.
Kalbar merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati yang dapat memberikan kontribusi besar bagi pembangunan berkelanjutan untuk mengentaskan kemiskinan.
Lebih dari 123 spesies baru telah ditemukan di kawasan HoB (Heart of Borneo) selama tiga tahun ini, dengan perkiraan rata-rata tiga jenis baru per bulan.
Pemanfaatan dan pengelolaan lahan yang tidak tepat akan memicu terjadinya degradasi lingkungan yang sangat hebat.
Laporan PBB menyatakan, dunia harus mengambil tindakan untuk melestarikan spesies dan ekosistem yang menjadi tempat manusia bergantung. Lebih dari 190 negara berkomitmen bahwa pada 2020 akan melakukan upaya signifikan mengurangi punahnya keanekaragaman hayati yang hilang pada 2010. Indonesia termasuk didalamnya. Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar. Tingkat endemisme atau kekhasannya juga tinggi. Keanekaragaman hayati ini merupakan salah satu modal dan sumber daya untuk pembangunan masa kini dan masa depan.
Pada penelitian tahun 2009 lalu, di DAS Ciliwung dan Cisadane bahwa ditemukan laju kehilangan ikan 92,5 persendi DAS Ciliwung dan 75,6 persen di DAS Cisadane. Untuk laju kehilangan jenis asli lainnya di DAS Ciliwung adalah krustasea (66,7 persen) dan moluska (66,7 persen). Di DAS Cisadane, jenis krustasea (39,1 persen) dan moluska (35,7 persen).
Menurut beberapa referensi, ada jenis ikan invasif yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, seperti ikan sapu-sapu dan ikan seribu. Ikan ini tadinya adalah ikan akuarium yang suka makan lumut-lumut di kaca. Ikan ini kemudian dilepas ke perairan kotor untuk membersihkan. Ternyata, kehadirannya justru berbahaya bagi perairan dan lingkungan. Ikan sapu-sapu ini berkulit keras sehingga tak ada predator yang mau memakannya. Akibatnya, populasi ikan ini membesar tanpa ada penyeimbang.
Selain fauna, flora juga didapati banyak kerusakan, contohnya di Pulau Jawa yang bisa berujung pada kepunahan.
Indonesia memiliki 30 hingga 40 ribu flora. Dari data yang ada, Pulau Jawa memiliki 6.773 spesies yang terdiri atas 6.258 jenis tumbuhan berbunga dan 515 jenis tumbuhan paku. Dari penelitian yang masih terus berlangsung ke depan, spesimen di Pulau Jawa yang sudah ditemukan 4.365 jenis atau 64,44 persennya.
Pulau Jawa memiliki spesies tumbuhan endemik sekitar 288 spesies. Jumlah tertinggi di Jawa Barat (33,7 persen), Jawa Timur (32,9 persen), dan Jawa Tengah (13,9 persen). Daerah terbanyak gangguan lingkungannya adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah
Semoga Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati (The International Day for Biological Diversity) dengan berbagai liku sejarah dan pelaksanaannya ini mampu menumbuhkan kecintaan seluruh manusia bumi terhadap biodiversitas (keanekaragaman hayati) di bumi.



0 komentar: