Ekosistem Unik Terancam

PULAU Borneo yang merupakan ekosistem unik yang didominasi oleh dataran tinggi dan wilayah pegunungan terancam kelestariannya, karena kerusakan yang berlangsung secara cepat dan luas, sehingga perlu upaya untuk menyelamatkannya dan melestarikan ekosistem ini.
Ekosistem unik yang didominasi oleh dataran tinggi dan wilayah pegunungan, yang memiliki kekayaan biodiversitas yang tinggi dan menjadi serapan air yang mengalirkan air bagi keseluruhan pulau Borneo.
Tiga negara yang turut menjaga Heart of Borneo, Nurhidayat, Dirjen Konservasi Kawasan Perlindungan Hutan Konservasi Alam (PHKA) dari Indonesia, Datuk Haji Lan Talif Saleh, Director of Forestry Sarawak Departemen, dan Haji Saidin Bin Saleh, Director of Forestry Brunei Darussalam, akan menuangkan rencana aksi strategis, sebelumnya pada tanggal 2-3 April, pertemuan trilateral didahului dengan pertemuan khusus di level teknis dalam mempersiapkan dokumen Strategic Plan of Action (SPA) Heart of Borneo yang draftnya telah disiapkan oleh Indonesia serta telah dikomunikasikan dengan negara counterpartnya yaitu Brunei Darussalam dan Malaysia. Pertemuan khusus ini tentunya dirasa penting untuk menghasilkan draft final yang akan dibahas pada pertemuan dan mendapatkan pengesahan.
Konferensi Pers HoB di Hotel Mahkota, Nur mengatakan akan mempersiapkan lima program, diantaranya penataan ruang yang saling mempertimbangkan spatial plan, agar terdapat pertimbangan dan kebijakan yang ada di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Kedua, Protected area, yang menekankan pada daerah konservasi yang sudah dikembangkan agar dapat dimanfaatkan dan difungsikan, selanjutnya pada sustainable management, lokasi Heart of Borneo, bukan hanya kawasan hutan lindung saja, tapi didalamnya juga termasuk hutan produksi. Ia sangat mengharapkan, para pemegang izin hutan produksi dapat menerapkan kelestariannya.
Keempat, adalah masalah development, kawasan potensial untuk promosi kolaborasi plan untuk meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada. Terakhir adalah, Capacity Bulding, yang sudah diarahkan ke pemerintah pusat, daerah dan masyarakat, ”Sehingga seluruh element dapat mengelola sesuai dengan asas yang ada, dan masyarakat betul-betul mampu bagaimana membedakan antara konservasi dan produksi,” papar Nur.
Selanjutnya, Datuk Haji Lan Talif Saleh menegaskan, pihaknya dari Malaysia, telah berkomitmen untuk menjaga kelestarian hutan dan meminimalisir perdagangan kayu yang berasal dari illegal logging. Terus terang, ia tidak terima dengan sikap oknum yang sengaja memperjual belikan dan memperdagangkan kayu tanpa surat izin yang sah, ditambah lagi, kayu-kayu tersebut berasal dari negara tetangga.
Kemudian, Haji Saidin Bin Saleh mengungkapkan, inisiatif yang diberlakukan ini merupakan pembangunan lintas negara dalam skala ekoregion, yakni Trinational Project Document mengjadi tanda terjalinnya kolaborasi yang baik antara tiga negara.
Implementasi, ini jelasnya harus dilaksanakan secara konsisten dan sesuai kebutuhan akan membantu peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara bijak, memastikan dukungan dan ketersediaan sumber pendanaan yang berkelanjutan.



Rencana Aksi Tiga Negara

TIGA Negara, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam telah mendeklarasikan kesepakatannya untuk menjaga Heart of Borneo (HoB), dimana hutan Indo-Malayan di Asia Tenggara masih dapat dipelihara dalam lingkup luas dan dalam jangka waktu yang lama.
Hutan Indonesia saat ini mencapai 57,1 persen, Malaysia 42,3 persen dan Brunei Darussalam 0,6 persen.
Rencana aksi strategis forum tiga Negara untuk Heart of Borneo (HoB) akan dituangkan dalam strategic plan of Action (SPA) Heart of Borneo di tingkat Negara dan dalam dokumen kerja nasional yang mendasar untuk mewujudkan visi konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tiga Negara untuk Jantung Borneo,
Drs. H Syakirman, Sekretaris Daerah Provinsi Kalbar, yang didampingi Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Barat Ir. H. Fathan A. Rasyid, M.Ag, mengatakan HoB memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, yakni 50 persen jenis flora dan fauna yang hanya ditemui di Borneo.
Kawasan HoB ini misalnya, merupakan hulu dari 14 sungai utama di Pulau Borneo, yakni Sungai Kapuas, Katingan, Barito dan Mahakam.
“Deklarasi tiga Negara ini telah menjadi salah satu tonggak sejarah yang amat penting dalam upaya membangun fondasi kerjasama lintas Negara dalam bidang konservasi dan pembangunan berkelanjutan,” kata Syakirman, dalam acara konferensi Pers di Hotel Mahkota Pontianak.
Di Indonesia, wilayah HoB meliputi tiga wilayah provinsi yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang luas mencakup sekitar 12,6 juta hektar. Luas HoB Kalbar mencapai kurang lebih empat juta hektar.
Kerja sama serupa juga telah dilakaksanakan antara lain di Congo Basin di Afrika yang dideklarasikan oleh 6 negara di Afrika Tengah pada tahun 1998. Brazil inisiatif serupa yang bernama Amazon Region Protected Areas (ARPA) yang mengelola dan melindungi kawasan seluas 50 juta hektar yang telah diluncurkan oleh Presiden Brazil dalam pertemuan di Johanesburg Afrika Selatan tahun 2002.
Sementara itu, di Indonesia tahun 2004 telah disepakati kerjasama antara Indonesia, Malaysia dan Fhilipina dalam pengelolaan Sulu Sulawesi Marine Ecorigen (SSME).□

0 komentar: