Kisah Penyandang Cacat

“Tolong Perhatikan Kami”


Tidak banyak harapan yang diberikan kepada penyandang cacat. Mereka harus bersusah payah mencari sesuap nasi demi keluarga.
Suparlis WS, Ketua DPD Persatuan Penyandang CACAT Indonesia Provinsi Kalbar mengakui, beberapa penyandang cacat mengeluhkan dengan infrastruktur yang ada, terutama jalan, tempat ibadah, siaran televisi dan akses penunjang lainnya.
Kini, yang ia temui hanya mall saja. Padahal, jelasnya, tidak semua masyarakat adalah normal, pihaknya pun ingin mendapatkan pelayanan yang sama dengan orang normal lainnya.
Sudah lama ia menyuarakan maksud dari kawan-kawan dari persatuan penyandang CACAT Indonesia Provinsi Kalbar, namun hingga kini tidak ada satupun yang bergeming untuk memperhatikan nasib mereka.
Padahal di dalam UU No. 4 tahun 1997 telah mengatur Penyandang Cacat, harapan penuh yang ia lontarkan adalah akses Jalan A. Yani dapat diperhatikan kepada penyandang CACAT, terutama yang menggunakan kursi roda, karena ia melihat akses tesebut kini tidak ada lagi.
“Padahal dulu di TVRI ada alat bantu bagi tuna rungu, mengapa sekarang tidak ada lagi, demikian juga dengan akses jalan yang ada di Pontianak, tapi kini jalannya sudah rusak, hancur lagi,” kata Suparlis.
Hal itu pun dibenarkan, Deny, yang mengaku telah lama menantikan janji pemerintah untuk memberikan perhatian kepada penyandang cacat. Ia sangat menyayangkan, rumah ibadah yang dinilai tidak memperhatikan penyandang cacat, sebagian besar rumah ibadah yang disediakan untuk masyarakat normal, sedangkan bagi tuna rungu tidak diberikan bantuan alat komunikasi yang pantas.
Bukan hanya itu, pekerjaan yang layak dilakukan pun tidak diberikan kepada penyandang cacat, seperti menjadi kasir atau sun parking yang ada di mall Kota Pontianak. Padahal, kata Suparlis, penyandang cacat juga mampu melakukan pekerjaan orang normal, dan mereka tidak ingin dibedakan.
“Kami mengakui kekurangan, tapi kami jangan didiskriminasikan, kami mampu melakukan pekerjaan yang ditawarkan pemerintah tapi mengapa kami tidak mendapatkan kesempatan itu,” kata Deny.
Mencari kerja di perusahaan yang ada, jelasnya sangat sulit. Mau tidak mau, ia harus membuat usaha sendiri, seperti sablon, percetakan, menjahit, memasak dan prestasi yang patut dikaryakan.
Torehan prestasi pun selalu digemingkan oleh penyandang cacat Provinsi Kalbar, contohnya, Ismail yang berhasil meraih juara I atlet lomba yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Olahraga Cacat (BPOC).
Kemudian, Ugaya, penyandang cacat tuna netra yang berhasil menjuarai lomba nyanyi di Kendari, tapi prestasi yang diperoleh ini hanya sesaat saja.
Bila melihat dari data perbandingan yang ada di pusat statistik, dari seratus penyandang cacat hanya satu orang saja yang mendapatkan kesempatan.
Padahal, hal ini tidak seharusnya terjadi, karena masih banyak peluang dan kesempatan yang bisa diberikan kepada penyandang cacat, dan mereka bisa bekerja secara normal. Malah, dari hasil penelitian yang dilakukan media nasional, penyandang cacat dapat melakukan pekerjaan lebih dari manusia normal, karena keuletan dan semangat mereka, yang mampu ditunjukkan kepada orang normal. □

0 komentar: