Konsep dan Pendidikan Memajukan Kalbar

Rahasia yang mampu membangun Kalbar menjadi lebih baik dan maju tidak rumit, cukup konsep pembangunan yang baik dan pendidikan saja.
Salah satu pakar ekonomi sekaligus dosen Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, Ali Nasrun, SE, MSC yang diwawancarai secara khusus di kediaman rumahnya, Jalan Tanjung Sari Kecamatan Pontianak Selatan, Sabtu (10/11) pukul 13.30 wib, memiliki pemahaman dan pemikiran yang sangat cerdas dalam membangun Kalbar.
Dalam pertemuan Harian Borneo Tribune dengan Ali Nasrun di rumahnya kemarin, ia mengatakan, apabila ternyata Akil Mochtar dan Mecer dapat menjadi gubernur dan wakil gubernur periode mendatang, supaya dapat mempertahankan konsep pembangunan yang merata. Yakni, sesuai dengan aturan yang diamanahkan dalam UUD 1945.
Menurut Ali, saat ini masih banyak dosa dan kesalahan yang diperbuat kepala daerah Kalbar. Sehingga masih banyak PR yang perlu segera diselesaikan oleh gubernur dan wakil gubernur mendatang.
Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, perlu adanya konsep yang matang dan terinci dari awal. Sehingga gubernur dan wakil gubernur mendatang, tidak hanya membuat konsep pribadi, tapi juga mampu menjalankan konsep yang telah disusunnya.
Pemikiran cerdas yang ditawarkannnya, gubernur dan wakil gubernur Kalbar yang baik, seharusnya mampu membangun daerah terpencil atau desa. Caranya dengan memberikan infrastruktur yang baik.
Kesalahan yang diperbuat kepala daerah, karena hanya mampu membuat konsep, namun tidak mampu menjalankan konsep tersebut sebagaimana mestinya. Padahal, dalam membangun konsep tersebut, tidak mudah dan perlu proses panjang.
“Konsep tersebut tidak akan jalan kalau duitnya tidak ada,” kata Ali, mantan Dekan Fakultas Ekonomi Untan periode 2001-2006.
Ia mencontohkan membangun Kalbar, seperti kepala rumah tangga. Yang ingin membangun sebuah rumah. Dalam pembangunan rumah tersebut, perlu adanya pemikiran dan bentuk rumah yang diinginkan. Dana yang dibutuhkan juga harus tersedia. Setelah adanya konsep bangunan, maka tindakan selanjutnya adalah mencari pakar atau tukang. Apabila tukang tersebut paham dan mengerti dengan keinginan kepala rumah tangga tadi, ia pun akan mengerjakan rumah tersebut, seperti yang diinginkan kepala rumah tangga. Selanjutnya, bangunan besar dengan pondasi yang kuat pun tercipta, berkat pertolongan konsep yang matang. Ketersediaan dana dan tenaga yang mampu mengerjakan tugas, sesuai dengan keinginan yang diharapkan.
Dari sinilah, Ali memaparkan tiga keputusan yang menjadi tolak ukurnya. Sehingga timbulnya pemikiran konsep dan dana tadi, atas dasar ekonomi yang ditumbuhkan oleh kalangan konglomerat, namun gagal. Kemudian pengusaha besar tidak berani melirik Kalbar. Sebagian besar masyarakat Kalbar masih miskin, dan rakyat golongan menengah ke bawah.
Dari pemaparan di atas, menurut Ali adalah contoh real yang bisa dijalankan gubernur dan wakil gubernur Kalbar mendatang. Yakni, ketika ia membuat konsep tersebut, harus disertai dengan kemampuan dan pengetahuan dari bawahannya. Apabila hal ini tidak terwujud, maka keinginan yang diharapkan tidak akan terlaksana.
“Maka pemikiran awal yang perlu dibentuk gubernur dan wakil gubernur kita adalah, membangun daerah terpencil atau desa. Dengan acara ini, saya yakin Kalbar akan menjadi lebih baik,” ungkap Ali.
Ia memandang infrastruktur yang ada di daerah harus diprioritaskan. Pemerintah tidak perlu susah memikirkan kemajuan kota. Saat ini, keadaan kota sudah semakin baik. Ali merabanya dengan cara fakta. Di tanah kelahiran kelahirannya, Kapuas Hulu masih banyak ketertinggalan dari daerah lain. Sebenarnya, pemerintah perlu memprioritaskan daerah-daerah ini.
Kalau, gubernur dan wakil gubernur hanya memikirkan infrastruktur kota saja, dampaknya akan berdampak sama dengan Jakarta. Yang saat ini kondisinya sangat padat. Untuk itu, seluruh lapisan yang ada di Bumi Kalbar perlu diberdayakan, guna mewujudkan ekonomi kerakyatan yang diharapkan.

Prioritaskan Pendidikan
Kekuatan Akil dan Mecer di beberapa daerah tidak diragukan lagi. Ali Nasrun berharap, Akil mampu meraih impian yang diharapkan selama ini. Ia yakin, Akil dan Mecer memiliki kekuatan di daerah. Pada dasarnya, Akil dan Mecer adalah masyarakat desa yang tahu persis daerah kelahiran dan budaya daerah.
Kekerabatan Ali dan Akil memang tidak dekat. Namun, Ali mengetahui seluk beluk Akil, ketika duduk di bangku DPR-RI. Kepiawaian Akil tidak diragukan lagi.
Ia meminta kepada Akil dan Mecer, tidak mengumbar janji yang tidak pasti kepada masyarakat. Cukup dengan kemampuan pribadi saja dan hasil nyata yang dapat dipamerkan kepada masyarakat sudah cukup. Tidak perlu dengan janji yang muluk-muluk. Ditambah lagi, kalau Akil dan Mecer membangun Kalbar dengan konsep yang ditawarkannya tadi. Tidak dapat dipungkiri, Akil akan menjadi penggebrak dan pembangun Kalbar.
“Tindakan salah kalau gubernur membuat konsep baru, mengapa tidak melanjutkan program lama yang sudah baik,” katanya.
Sebagai akademisi, Ali mengakui pendidikan yang ada di Kalbar masih sangat jauh, dibandingkan dengan daerah lain di luar Kalbar. Ia prihatin dengan anak didik yang ada di Kalbar, karena sebagian besar ketika siswa Kalbar dipertandingkan di daerah lain, akan kalah dan jauh saingan.
Walaupun hanya segelintir saja yang mampu mencicipi kesuksesan tersebut di ajang nasional ataupun internasional, tapi hal ini tidak memberikan kepuasan tersendiri bagi para pendidik.
Disamping pendidikan, kualitas sumber daya manusia di Kalbar pun 70 persen masih sangat jauh. Kalau dibiarkan terus, Kalbar tidak akan berkembang dan maju. Saat ini, ada tiga kriteria penghambat negara maju masih dipegang Kalbar. Yakni, miskin, tidak berkualitas dan pendidikan.
Sebuah pertanyaan terlontar darinya, mengapa kepala daerah sibuk dengan urusan politik, tidak memikirkan nasib rakyatnya. Apakah itu pendidikan, kualitas, kemajuan daerahnya, atau masa depan rakyatnya.
Padahal, bila menerawang jauh pada 62 tahun silam, ketika Indonesia telah merdeka, banyak pemikiran cerdas yang dilahirkan. Terutama pada saat Soekarno memimpin, tahun 1945-1950. Adalah sebenar-benarnya Indonesia yang berpijak pada UUD 1945 dan Pancasila.
Kini seolah-seolah pudar, pembukaan UUD 1945 yang isinya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi beralih arah. “Mengapa pemimpin tidak amanah lagi dengan UUD 1945,” tanya Ali.
Kesan masyarakat pun sudah terpatri. Bahwa, pendidikan saat ini tidak perlu lagi. Yang paling penting bagi mereka adalah, bekerja dan menghasilkan uang. Untuk mengubah image tersebut, siapa lagi kalau bukan pemimpinnya atau kepala daerahnya. Jangan sampai Kalbar selalu menjadi daerah dengan nomor urut belakang. Karena urusan pendidikan, tidak bisa dinomorduakan.
“Pendidikan sangat penting, masyarakat bawah masih berpikir kalau pendidikan tidak perlu, karena tidak menjamin untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal itu adalah pemikiran yang salah,” pungkas Ali. Ia berharap gubernur dan wakil gubernur periode 2007-2012, ia menawarkan konsep pembangunan yang baik, serta dapat dipamerkan kepada masyarakat Kalbar.□

0 komentar: