Pemanasan global merupakan dampak dari aktivias manusia terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali serta perubahan penggunaan lahan.
Gubernur Kalbar, Usman Ja'far mengatakan, bahwa permasalahan lain adalah terjadinya, degradasi hutan, penjarahan hutan, alih fungsi lahan dan kebakaran hutan, sehingga deforestrasi hutan terus meningkat, dimana secara nasional tercatat mencapai rata-rata 1,08 juta Ha per tahun, sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Barat selama periode 2003-2005 diperkirakan mencapai 53 ribu Ha.
Kemudian, berdasarkan master plan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) di wilayah Provinsi Kalimantan Barat saat ini terdapat lahan kritis kurang lebih 5,1 juta Ha, yaitu berada di dalam kawasan hutan seluas 2,1 juta Ha dan di luar kawasan hutan seluas 2,9 juta Ha.
"Kita menyadari bahwa upaya rehabilitasi hutan dan lahan sampai saat ini belum mampu memulihkan seluruh lahan yang rusak," katanya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, wilayah Kalbar sendiri telah melakukan penanaman pohon guna mengantisipasi dampak pemanasan global tersebut, Departemen Kehutanan menyumbang 25 ribu batang dan melalui BP DAS Kapuas sebanyak 20 ribu batang. Sebagian telah didistribusikan ke Pemerintah Kota Pontianak berjumlah 7.000 batang, organisasi wanita Kota Pontianak 3.000 batang, kampus di Kota Pontianak, 5.000 batang, sekolah di Pontianak 2.500 batang, Ikatan Guru TK Indonesia berjumlah 1.000 batang. Selanjutnya didistribusikan ke Poltabes Pontianak, 500 batang, lalu Kodim 1207 Pontianak sebanyak 1.000 batang, Korem 121/ABW sekitar 5.000 batang. Kemudian melalui kerja sama dengan Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat sejumlah 50 ribu batang dan pemuda Muhammadiyah sejumlah 10 ribu batang.
Seluruh kabupaten dan Kota se Kalimantan Barat juga melaksanakan kegiatan penanaman serentak dengan jumlah bibit sebanyak 263.700 batang. Dengan rincian, Kabupaten Sambas, 75 ribu batang, Kabupaten Bengkayang 1.200 batang, Kota Singkawang 20 ribu batang, Kabupaten Pontianak 20 ribu batang, Kabupaten Landak 65 ribu batang. Sedangkan Kabupaten Sanggau berjumlah 28 ribu batang, lalu, Kabupaten Sekadau 19 ribu batang, Kabupaten Sintang 10 ribu batang, Kabupaten Melawi, 8.000 batang. Kabupaten Kapuas Hulu berjumlah 12.500 batang, serta Kabupaten Ketapang sejumlah 5.000 batang.
Rehabilitasi hutan dan lahan pentingnya karena menjaga ekosistem lingkungan hidup sangat penting. “Saya hanya ingin mengingatkan kembali, bahwa kondisi kawasan hutan di Kalimantan Barat saat ini sudah dalam kondisi terdegradasi. Sehingga upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap hutan dan lahan sudah sangat mendesak untuk diwujudkan bersama,” kata dia.
Sebagai orang nomor satu di Kalbar saat ini sangat berharap, seluruh masyarakat dapat menjadi motivator dan penggerak penyelamat lingkungan. Sehingga gerakan menanam dan memelihara pohon menjadi suatu gerakan yang solid dan bergulir serta terus membesar, yang pada gilirannya akan berdampak pada perbaikan kualitas lingkungan dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Oleh karena itu, UJ menawarkan strategi yang menciptakan iklim kondusif bagi tumbuhnya upaya-upaya rehabilitasi dan konservasi hutan oleh masyarakat.
Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Kusmayanto Kadiman, Ph.D memandang penting, penanaman pohon, yang dilakukan secara serempak di Indonesia, Rabu (28/11) lalu. Sebab dengan cara ini, Indonesia telah mampu menyelamatkan paru-paru dunia, yakni hutan.
Menurutnya bumi saat ini tengah menghadapi beberapa ancaman global, seperti erosi, polusi dan rusaknya lingkungan alam, kepunahan dan hilangnya beberapa jenis flora dan fauna, pemanasan global, kebakaran lahan dan hutan, masalah sampah, dan ledakan penduduk.
Aksi penanaman pohon serentak di Indonesia dan Pekan Pemeliharan pohon, menurut Kusmayanto telah mengarah pada suatu partisipasi yang didorong kesadaran, kemauan dan tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.
Alasan dari kegiatan ini, tegas Kusmayanto, Indonesia memiliki peran yang penting dalam isu perubahan iklim global dalam kaitannya dengan keadaan sumber daya hutan, yang dinilai memiliki peran sebagai penyimpan, penyerap, dan sumber emisi karbon.
"Sebagai volunteer kita bertekad untuk turut mengurangi emisi gas rumah kaca, upaya yang kita lakukan salah satunya dengan menanam pohon. Makin banyak kita memelihara pohon maka pohon-pohon ini berubah menjadi hutan yang mampu menyerap gas-gas rumah kaca itu," kata Kusmayanto kepada wartawan.
Oleh karena itu, jelas Kusmayanto kebijakan pemerintah dalam pengelolaan hutan agar dapat diperhatikan, karena manfaatnya sebagai paru-paru dunia dan penyuplai oksigen.
Saat ini pemanasan global telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi yang tinggi.
Perubahan iklim akibat pemanasan global, pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil, seperti bahan bakar minyak, batubara atau bahan yang tidak dapat diperbaharui.
Dampak pemanasan global ini, tegas Kusmayanto, siang kemarin menyatakan bahwa dapat dirasakan secara keseluruhan oleh seluruh dunia saat ini adalah perubahan iklim, yaitu main panjangnya musim panas dan makin pendek musim hujan, hingga terjadi gagal panen. Akibatnya, hal ini akan mengancam produktivitas dan kesejahteraan petani.□
0 komentar:
Posting Komentar