Limbah rumah tangga menurut Kepala Kantor Pengendalian Lingkungan Daerah Kota Pontianak, Ade Helida Y, lebih berat daripada limbah industri. Sebab limbah rumah tangga kadar limbahnya lebih tinggi dibandingkan limbah industri.
Pencemaran limbah ini cenderung terjadi kota, sedangkan di daerah pedesaan ataupun kota terpencil produksi limbah lebih sedikit.
Hasil pantauan ini dibuktikan, bahwa hampir seluruh rumah tangga yang ada tidak menggunakan filter penyaring atau bak penampung. Sehingga limbah yang ada langsung dibuang ke parit yang alirannya langsung ke sungai. “Limbah rumah tangga sebenarnya lebih berat daripada limbah industri, karena limbah rumah tangga cenderung dibuang langsung ke saluran pembuangan, tidak ada filter,” ungkap Ade.
Seharusnya, pembuangan limbah tidak dibuang secara langsung, karena limbah rumah tangga biasanya lebih banyak dan bercampur. Baik limbah sisa makanan maupun kotoran lainnya dan tidak dapat diprediksi apabila pencemaran air terjadi.
Kebalikannya, limbah industri justru limbah-limbah ini tetap dijaga dengan membuat filter penyaringan yang dibuat secara sengaja oleh perusahaan tersebut. Yakni dengan membangun bak-bak penyaringan khusus, hingga limbah yang ada dapat dinetralisir. “Setiap rumah tangga sebenarnya perlu penyaringan, agar limbah yang terbuang tidak mencemari lingkungan, tapi kita juga tidak bisa memaksakan,” katanya.
Beratnya limbah rumah tangga ini dikarenakan adanya limbah minyak dan makanan yang membusuk sehingga menimbulkan bakteri dan bau. Kemudian detergen bekas mencuci pakaian atau cuci piring. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan apabila setiap rumah tangga terus memproduksi limbah ini setiap harinya.
Menurut Ade, limbah domestik yang paling dominan adalah jenis organik, seperti kotoran manusia dan hewan. Di kota Pontianak yang erat dengan sungai ini, masyarakat terkadang membuang tinja seenaknya atau tidak pada tempatnya seperti ke sungai. Akibatnya sungai menjadi tercemar, sehingga berpotensi menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Sedangkan limbah anorganik berupa plastik dan bahan-bahan kimia, yang diakibatkan oleh penggunaan deterjen, sampo dan penggunaan bahan kimia lainnya. "Umumnya limbah domestik tersebut dibuang secara sembarangan dan tidak terkontrol, sehingga terakumulasi dan mengakibatkan terjadinya masalah pencemaran lingkungan," ungkapnya.
Untuk itu, ia mengharapkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Kemudian kalau sampah tersebut masih mempunyai nilai ekonomis, bisa disimpan untuk didaur ulang, seperti plastik dan kertas.
Memang, katanya, masalah limbah domestik tersebut sangat erat hubungannya dengan kultur masyarakat. Mereka seakan sudah terbiasa membuang sampah dan limbah secara sembarangan, sehingga untuk mengubah kebiasaan itu dirasakan sulit. □

0 komentar: